Artikel

by wandy Cacing Lemes

Jejak Sejarah E-Commerce.
Pada awalnya, internet merupakan koperasi komputer yang tidak dimiliki siapapun. Internet lahir pada tahun 1969 ketika sebuah kelompok peneliti di Departemen Pertahanan Amerika berhubungan dengan empat komputer di UCLA, Stanford Research Institute, Universitas Utah, dan Universitas California di Santa Barbara. Hubungan ini dilakukan untuk menciptakan sebuah jaringan untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain mengenai proyek-proyek pemerintah. Jaringan ini dikenal dengan istilah ARPAnet--ARPA merupakan singkatan dari Advanced Research Project Agency yang merupakan bagian dari Departemen Keamanan AS.Tiga tahun kemudian, lebih dari lima puluh universitas dan agensi-agensi militer telah terhubung bersama-sama dalam jaringan (network), dan jaringan komputer yang lain mulai muncul di sekitar negara bagian (country) dan dunia. Seiring dengan perkembangan ARPAnet, yang diikuti pula dengan kerjasama jaringan antara militer dan kaum pendidik, dan eksperimen NASA mengenai jaringan komputer, jaringan ini mulai terhubungkan satu dengan yang lain (interconnected) -- inilah awal mula dipakai istilah "Internet".Dalam waktu bersamaan, infrastruktur internet terus berkembang. Pada pertengahan tahun 1980-an, National Science Foundation (NSF) membangun jaringan yang memiliki kecepatan tinggi, line yang berusia panjang, dan terhubungkan dengan pusat komputer di seluruh Amerika Serikat. NSFnet menggantikan jaringan ARPAnet. NSFnet kemudian bekerjasama dengan jaringan lain yang terdapat di lusinan universitas, laboratorium penelitian dan perusahaan-perusahaan teknologi tinggi.Untuk beberapa tahun, lalu lintas komersial terlarang di internet. Barulah pada tahun 1991, pemerintah federal memperbolehkannya dengan membentuk Commercial Internet Exchange (CIX).Sekarang, jutaan konsumen telah mengakses internet. Internet dengan cepat menjadi pusat perbelanjaan, sebuah cybermall yang praktis. Hari ini, buku, butik, games, permata, tiket konser, pizza, atau lobster sekalipun telah ditawarkan oleh toko-toko di internet dengan harapan puluhan juta pembeli pontesial siap membeli produk yang ditawarkan.- E-Commerce: Cara Baru Berbisnis di Internet - Solusi E-Commerce untuk Perusahaan Kecil dan Menengah - E-commerce akan Meledak di Asia, Eropa dan Amerika Latin - Memulai Bisnis E-Commerce- Sangat Mendesak Cyberlaw untuk E-Commerce di Indonesia- Pemerintah Komitmen Mendorong "E-Commerce" di Indonesia- Masa Depan Ekonomi Baru Indonesia- GDBe Puji Keputusan G-8 Kembangkan E-CommerceE-Commerce : Cara Baru Berbisnis di Internet
E-COMMERCE. Istilah yang satu ini tampaknya kian akrab di telinga masyarakatnya, khususnya mereka yang bergelut di dunia bisnis. Berbagai tulisan di media cetak maupun seminar dan diskusi digelar untuk mengupasnya. Namun, walaupun demikian, masih saja kita mendengar pertanyaan: "Apa sih E-Commerce itu?" Perkataan E-Commerce sudah begitu akrab tapi pengertiannya sendiri masih belum begitu jelas di sebagian kalangan.E-Commerce seringkali didefinisikan sebagai jual beli barang dan jasa melalui medium elektronik, khususnya melalui internet. Salah satu contoh adalah penjualan produk secara online melalui internet seperti yang dilakukan webStore Kompas Cyber Media. Dalam bisnis ini, dukungan dan pelayanan terhadap konsumen menggunakan e-mail sebagai alat bantu, mengirimkan kontrak melalui mail dan sebagainya. Sebenarnya ada banyak definisi mengenai e-commerce. Tetapi yang pasti, setiap kali masyarakat berbicara tentang e-commerce, mereka biasanya memahaminya sebagai bisnis yang berhubungan dengan internet. E-commerce juga dikenal sebagai e-bisnis, e-tailing (untuk penjualan ritel).Solusi E-Commerce untuk Perusahaan Kecil dan MenengahIBM mengumumkan versi terbaru dari Net Commerce untuk AS/400, yang lebih memudahkan pelanggan berskala kecil dan menengah untuk membangun, menjalankan dan mengelola toko elektronisnya di server yang andal dan berpengaman (secure).IBM Net Commerce untuk AS/400 Versi 3 mendukung lingkungan e-commerce dari bisnis-ke-bisnis dan dari bisnis-ke-konsumen. Net Commerce menyediakan solusi total, dari pembuatan katalog dan situs sampai ke pemrosesan pembayaran dan pemenuhan pesanan (order fulfillment).Pelanggan dapat menghubungkan situs Web yang diciptakan menggunakan perangkat lunak server merchant Net Commerce dengan sistem-sistem back-end, data korporat ataupun sistem-sistem bisnis lainnya seperti Lotus Domino semuanya hanya dalam satu server AS/400. Kemampuan ini memungkinkan pelanggan mengintegrasikan toko-toko on-line mereka dengan seluruh operasi bisnis mereka, sekaligus menambahkan kapabilitas E-mail, kelompok diskusi dan bulletin board ke situs tersebut.Solusi ini mencakup Store Creation Wizard yang memungkinkan bisnis dengan mudah membangun situs-situs komersial dengan menggunakan ketiga template awal toko yang telah disediakan. Wizard ini juga dapat membantu mengatur penampilan, navigasi, shopping/buying flow, browsing, registrasi, check out, cara pengiriman barang, penghitungan pajak penjualan serta cara pembayaran.Selain itu, tersedia IBM Payment Server yang memungkinkan pedagang menerima pembayaran dalam berbagai bentuk elektronis, termasuk dengan menggunakan protokol SET (Secure Electronic Transfer).Bagi perusahaan yang sudah membangun sistem sebelumnya, IBM menyediakan perangkat untuk mengintegrasikan dengan perangkat lunak yang ada seperti Lotus Domino dan SAP R/3.IBM Net Commerce, yang berbasis DB2 Universal Database, adalah bagian dari keluarga WebSphere, sebuah produk server commerce yang menciptakan terobosan baru dengan mempermudah para pedagang dalam membangun toko-toko on-line mereka dengan pengamanan, intelligent catalog tools dan akses ke banyak database. (*/Andrey)E-commerce akan Meledak di Asia, Eropa dan Amerika LatinSebuah laporan hasil penelitian Forrester Research Inc. memprediksikan sebagian besar negara Asia, Amerika Selatan, dan Eropa Barat akan mencapai tingkat pertumbuhan tertinggi perdagangan elektronik dalam empat tahun mendatang, dengan mengubah Internet menjadi mesin bisnis yang lebih global.Forrester memperkirakan bahwa e-commerce global, termasuk transaksi B2B dan B2C, akan mencapai US$6,9 triliun pada 2004, meningkat dari proyeksi US$655,8 milyar pada tahun 2000. Laporan tersebut memperkirakan bahwa e-commerce di AS yang diproyeksikan mencapai US$488,7 milyar pada tahun 2000 (75 persen dari pasar global) akan meningkat menjadi US$3,19 triliun pada 2004. Pada saat ini e-commerce di AS hanya menyumbang 46 persen dari pasar global.Pertumbuhan di Eropa barat telah dimulai, kata laporan Forrester tersebut, dengan sebagian besar negara akan bertumbuh sangat pesat (hypergrowth) pada 2001. Negara-negara di Asia dan Pasifik diperkirakan mulai bertumbuh pesat pada 2002, dengan sebagian besar negara mencapai tingkat sangat pesat pada akhir 2003. Amerika Tengah dan Selatan akan memulainya pada 2004, dengan sebagian besar negara mencapai tingkat sangat pesat dalam periode beberapa bulan dalam tahun tersebut, sebut laporan Forrester.Sebagian besar negara Eropa Timur dan Afrika serta Timur Tengah diperkirakan belum mulai bertumbuh pesat hingga 2005.Dari sisi nilai, proyeksi pertumbuhan di luar AS sangat hebat. Negara-negara Asia Pasifik diproyeksikan mencatatkan US$53,7 milyar dalam e-commerce pada tahun 2000, dan meningkat menjadi US$1,65 triliun pada 2004--pertumbuhan tiga puluh kali lipat. Sebuah laporan hasil penelitian Forrester Research Inc. memprediksikan sebagian besar negara Asia, Amerika Selatan, dan Eropa Barat akan mencapai tingkat pertumbuhan tertinggi perdagangan elektronik dalam empat tahun mendatang, dengan mengubah Internet menjadi mesin bisnis yang lebih global.Forrester memperkirakan Asia Pasifik akan tumbuh lebih dari 100 persen setiap tahun selama empat tahun mendatang, dengan Jepang menyumbang sedikit di atas lima puluh persen dari pertumbuhan total. Australia, Korea Selatan, dan Taiwan diproyeksikan sebagai pemimpin lain di daerah tersebut."Pendapatan e-commerce yang dihasilkan akan berkaitan erat dengan perdagangan B2B di Asia Pasifik, dengan lebih dari US$1,5 triliun total penjualan di wilayah ini berasal dari sektor B2B," tulis laporan tersebut.Secara umum B2B dianggap akan menjadi motor pertumbuhan yang sangat pesan dengan B2C menyumbang kurang dari 10 persen dari pendapatan keseluruhan.(adam/idgns)Memulai Bisnis E-CommerceAPAKAH ANDA ingin memulai usaha sendiri? Ketika pertanyaan ini dilontarkan, Anda mungkin akan menjawab "Ya", dan di benak Anda terbayang kemungkinan untuk bebas berkreasi mengembangkan potensi-potensi Anda, kebanggaan tersendiri, dan kemungkinan mengalirnya uang tak terbatas. Namun karena satu dan lain hal--persoalan modal, misalnya--keinginan tersebut tidak kesampaian. Anda pun "hanya" menjadi pekerja di perusahaan milik orang lain.Sekarang, seiring dengan pencapaian teknologi informasi, berbagai masalah yang melilit keinginan Anda untuk memiliki bisnis sendiri atau mengembangkan bisnis Anda yang sudah ada bisa terjembatani. E-Commerce adalah jawabannya.Berpikir RealistisKetika Anda merencanakan sebuah bisnis online, Anda harus berpikir realistis. Jika Anda memiliki toko komputer, misalnya, dan ingin menjual komputer secara online, Anda harus sudah siap dengan pesaing bisnis yang kompetitif. Membeli sebuah komputer membutuhkan modal yang relatif besar, kepercayaan merupakan hal penting.Bila Anda memiliki bisnis berskala kecil, adalah penting bagi Anda untuk mengetahui apa yang Anda harus alami dalam pembayaran terhadap perusahaan yang belum pernah Anda ketahui sebelumnya. Bila Anda seorang yang serius dalam pembangunan bisnis online (e-commerce) yang relatif mapan dalam jangka panjang, Anda harus menemukan sebuah ide bisnis cemerlang dan profitable. Anda juga harus menawarkan produk dan jasa yang bernilai tinggi dan berkualitas bagi pelanggan potensial Anda kelak.Selain itu, Anda juga sebaiknya selalu mengikuti perkembangan bisnis e-commerce, termasuk metode-metode transaksi terbaru. Bagi kebanyakan produk, misalnya, kartu berbelanja sangat penting. Masyarakat sekarang lebih suka meng-klik sebuah tombol dan memesan sesuatu. Bila bisnis online Anda tidak menerima kartu kredit atau kartu berbelanja, Anda akan kehilangan pelanggan; produk Anda tidak akan terjual.Langkah awal: membangun Situs webSalah satu persoalan yang segera menghadang di depan Anda ketika akan memulai bisnis E-Commerce adalah persoalan sumber daya. Ya, Anda butuh membangun situs sebagai basis bisnis Anda. Untuk itu, Anda mau tidak mau harus merekrut tenaga-tenaga baru untuk membangun situs Web bisnis Anda, lengkap dengan peralatan/perlengkapan yang dibutuhkan. Ini berarti Anda harus menyediakan modal khusus yang tidak sedikit, mencapai ratusan juta rupiah. Belum lagi, Anda harus menyediakan pelayanan terhadap pelanggan (customer service), termasuk pelayanan purna jual.Jangan berkecil hati. Masih ada cara lain yang bisa Anda tempuh tanpa harus kehilangan lebih banyak uang dan pelanggan potensial. Anda bisa menghubungi situs Web yang menyediakan jasa bisnis online, mulai dari pembangunan situs sampai penjualan produk dan jasa. Salah satu yang bisa menjadi tempat tujuan Anda adalah Kompas Cyber Media.Kompas Cyber Media menyediakan jasa pembuatan situs Web untuk usaha Anda. Hanya dengan USD 70.00 (harga resmi), Anda telah memiliki domain name atas nama perusahaan Anda. Sementara untuk desainnya (web design) Anda cukup membayar tidak lebih dari empat juta rupiah untuk sebuah situs yang lumayan lengkap. Ditambah dengan sewa server (web hosting), biaya yang Anda keluarkan tidak lebih dari enam juta rupiah, di luar domain name, tentunya.Bila Anda merasa biaya tersebut cukup mahal, Anda masih punya alternatif lain, yaitu bergabung dengan webStore Kompas Cyber Media. Untuk keterangan lebih lanjut Anda dapat menghubungi Account Executive kami di 5480888, 5483009 ext. 2203 / 2204.***Sangat Mendesak Cyberlaw untuk E-Commerce di IndonesiaTransaksi melalui media digital (e-commerce) di Indonesia masih perlu pembenahan dari sisi perundangan (cyberlaw) agar di kemudian hari tidak terjadi perselisihan dalam menjalankannya.Begitu kata Adji Gunawan dari Patner Associate Technology Andersen Consulting, sehubungan dengan penerapan pajak pada perusahaan-perusahaan yang melakukan bisnis lewat e-commerce. Ia mengatakan, mengejutkan bila Ditjen Pajak masih menerapkan UU pajak yang kini digunakan, padahal UU itu dibuat ketika e-commerce belum dijalankan. Karena itu, ia mengharapkan, dalam penyusunan RUU Pajak yang baru, Ditjen Pajak harus menyisipkan masalah pajak untuk transaksi lewat media e-commerce. Meski demikian Adji mengakui, sebetulnya agak sulit melacak transaksi yang digunakan lewat e-commerce baik itu B2B (bisnis ke bisnis) atau B2C (bisnis ke konsumen). Misalnya hubungan antara pemasok dengan pabrik, bagaimana aparat pajak mengawasi telah ada transaksi atau belum antar keduanya lewat e-commerce tersebut. Pendapat serupa juga diutarakan Presdir Microsoft, Richard Kartawidjaja. "Begitu transaksi dilakukan, dan transfer dana terjadi, siapa yang dapat memantaunya?" tanya bos Microsof itu. Menurutnya, penerapan cyberlaw masih butuh waktu lama, karena dari pihak otoritas setidaknya harus membentuk wadah baru serta melatih orang-orangnya. (*/ant/kj)
Pemerintah Komitmen Mendorong "E-Commerce" di Indonesia
Pemerintah memiliki komitmen untuk mendorong perkembangan e-commerce (perdagangan lewat jaringan Internet) di Indonesia. Komitmen itu dibuktikan dengan rencana pemerintah untuk mengeluarkan regulasi yang akan memperlancar e-commerce.Demikian dikemukakan Menteri Perdagangan dan Industri Yusuf Kalla dalam dialog kebijakan tentang industri e-commerce yang diselenggarakan Asia Foundation hari Selasa (14/3) di Jakarta.Menurut Menperindag, Indonesia sekarang termasuk negara yang liberal. Artinya, semua boleh kecuali yang dilarang. Dulu, katanya, yang boleh adalah yang punya ijin. Demikian pula dengan e-commerce, tidak ada larangan yang berarti boleh. Akan tetapi, pemerintah perlu membuat regulasi.Regulasi yang akan diajukan menyangkut digital signature (tanda tangan digital) sehingga transaksi dapat dijalankan. Selain itu pemerintah juga akan mempersiapkan apa yang disebut sertificate authentication agar perdagangan melalui Internet dapat dipercaya.Menurut menteri, dalam perdagangan semula digunakan surat kemudian berubah menjadi telegram. Di kemudian hari, komunikasi untuk perdagangan diganti oleh telex yang akhirnya berganti menjadi faksimile. Namun sekarang banyak digunakan pula e-mail. E-commerce dikatakannya akan menekan biaya. Ia memberikan ilustrasi bagaimana sebuah jas yang di Polandia berhagar 300 dollar AS, maka untuk model jas yang sama harganya di Bandung sebesar 50 dollar AS.Jumlah telepon sedikitNamun demikian untuk Indonesia masih ada sejumlah hal perlu diingat. Ia memberi contoh tentang penggunaan telepon setiap 100 orang. Bila di Indonesia setiap 100 orang sebanyak 2,8 orang, maka di Amerika Serikat 55 orang, di Singapura 50 orang dan di Denmark 60 orang. Jika diproyeksikan dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka pemilik telepon jumlahnya mencapai 5 juta orang. Selain penyedia jasa Internet atau Internet Service Provider (ISP), telepon ini diperlukan dalam rangka transaksi melalui Internet.Dengan infrastruktur seperti itu maka e-commerce tidak mudah diselenggarakan di Indonesia. Tampaknya untuk e-commerce eceran masih sulit akibat populasi telepon yang masih rendah. Di depan sekitar 20 praktisi dan pejabat pemerintah, ia juga menjelaskan, di Indonesia komputer belum digunakan sebagai alat bisnis yang cepat. Ia menambahkan, sekitar 95 persen pengguna komputer di kantor masih memanfaatkannya untuk kebutuhan dasar. Misalnya, mengetik, menghitung dan pemrosesan.Di bagian lain menteri mengingatkan, jangan sampai mengikuti trend begitu saja. "Sehingga Lippo Life berubah menjadi Lippo E-Net," katanya seraya menambahkan adanya harapan menaikkan harga saham yang bila perusahaannya terlibat e-commerce. Ia menilai banyak orang berangan-angan saham naik berlipat-lipat karena sudah menjadi perusahaan yang terlibat e-commerce. Orang banyak meniru karena tingginya nilai saham Yahoo di bursa saham AS. (sep)
Masa Depan Ekonomi Baru Indonesia
infokomputer.com, Pada seminar e-Indonesia Conference minggu lalu (07/13), Charlie Taylor, mitra perusahaan konsultasi bisnis McKinsey & Company, mengemukakan bahwa bisnis lewat Internet di Indonesia sebaiknya berfokus pada konsep B2B karena kecenderungan pasar B2C di Indonesia yang masih lemah.Seperti yang diketahui bahwa keadaan bisnis B2C dunia, terutama di Amerika Serikat, juga mengalami penurunan yang diakibatkan jumlah perusahaan yang terjun ke dalam fokus bisnis tersebut mengalami peningkatan yang tinggi sementara peningkatan pangsa pasarnya hanya sedikit saja. Hal ini dapat dilihat dari harga saham-saham perusahaan teknologi yang berjatuhan di bursa NASDAQ yang diakibatkan ketidakpercayaan investor akan masa depan perusahaan-perusahaan teknologi yang berfokus pada B2C.Penyebab utamanya mungkin karena selama ini banyak orang yang terbuai dengan kejayaan Amazon.com, padahal pasar B2C memerlukan sasaran pasar yang jelas serta strategi jangka panjang yang baik. Dan saat ini di Indonesia, banyak perusahaan-perusahaan teknologi berbasis Internet menggarap hal yang sama, dan dikuatirkan peristiwa bangkrutnya perusahaan Internet yang berbasis B2C di Amerika Serikat akan terjadi juga di Indonesia. Seiring dengan perubahan global dunia, dimana pasar akan semakin berkembang, tingkat kompetisi yang tinggi, maka pemenang persaingan tersebut akan mengambil keuntungan lebih banyak dibanding lainnya, ungkap Taylor.Taylor menambahkan bahwa pasar B2C di Indonesia kurang dapat diandalkan sebagai sumber pemasukan bagi perusahaan teknologi, karena pangsa pasarnya sangat kecil dan terbatas serta tersegmentasi pada kelompok-kelompok tertentu saja. Sementara itu, pasar B2B yang lebih besar kurang digarap oleh perusahaan-perusahaan teknologi yang ada. Ditambah dengan banyaknya kendala yang harus dihadapi dalam melakukan kegiatan bisnis berbasis teknologi seperti monopoli dan tingginya tarif telekomunikasi, tidak adanya peraturan yang membahas teknologi informasi, serta sedikitnya dukungan dari pemerintah.Dalam penjelasannya lebih lanjut, Taylor mengungkapkan bahwa sebenarnya pasar bisnis teknologi Indonesia saat ini tengah berkembang, terutama untuk bisnis B2B. Beberapa faktor yang dapat dijadikan sasaran bisnis antara lain: Tingkat laju ekspor dan impor yang tinggi, rantai suplai yang kompleks dan tidak efisien, biaya interaksi yang besar (terutama bila berhadapan dengan badan pemerintahan, KKN), masih sedikit uang yang diinvestasikan pada EDI (Electronic Data Interchange), dan kalangan bisnis lebih mudah mengadopsi teknologi baru dibanding masyarakat biasa.Untuk itu diharapkan perusahaan teknologi Indonesia sesegera mungkin melakukan evaluasi strategi dan rencananya di masa depan, dimana bisnis B2B lebih diutamakan agar dapat maju lebih dahulu sebelum pesaing lainnya masuk. Taylor menambahkan agar mereka bersiap diri dalam transparansi harga/biaya layanan serta menghadapi tingkat persaingan yang tinggi. Selain itu, perusahaan tersebut harus mendorong pelanggan dan supplier-nya untuk masuk ke dalam jaringan Internet.Dalam even yang sama juga diumumkan peluncuran Ellipse Digital. Perusahaan yang merupakan bagian dari kelompok Ellipse ini menyediakan layanan di bidang bisnis internet, website marketing dan promosi, periklanan online, e-commerce, serta produksi CD. Perusahaan baru ini memiliki jangkauan tak hanya di Indonesia, namun juga di Singapura, Malaysia, dan Thailand.(***/**/adam)GDBe Puji Keputusan G-8 Kembangkan E-Commerceinfokomputer.com, Keputusan kelompok delapan negara industri terkemuka (G-8) untuk menyebarluaskan manfaat e-commerce ke seluruh dunia, disambut gembira oleh Global Business Dialog on e-Commerce (GDBe). Keputusan tersebut, yang dituangkan dalam Piagam Okinawa, dihasilkan pada pertemuan puncak yang dilaksanakan pada 21-23 Juli 2000 di Okinawa, Jepang, terdiri dari tekad G-8 untuk membangun perangkat aturan yang memfasilitasi bidang TI, menjamin semua pihak agar berperan aktif, serta membantu, khususnya negara berkembang, mengatasi masalah yang berkaitan. Keputusan G-8 tersebut dinilai oleh para tokoh GDBe sebagai kemampuan kerjasama antara kalangan bisnis dan pemerintah untuk menciptakan kebijakan yang sesuai dengan perkembangan teknologi.Selama ini, GDBe, yang merupakan forum internasional yang terdiri dari pimpinan berbagai perusahaan besar di dunia, bertekad untuk bekerjasama dengan semua pihak khususnya negara berkembang dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan telekomunikasi, elektronik, hambatan perdagangan, serta perlindungan konsumen. "Para anggota GDBe memahami pentingnya membantu pemerintah dengan membagi pengalaman kami membangun infrastruktur untuk memajukan kewira-usahaan dan daya saing," kata Michio Naruto, anggota direksi Fujitsu Limited. "Piagam Okinawa memberikan pengakuan terhadap hal tersebut, dan GDBe akan mewujudkannya." GDBe juga memuji pembentukan Satuan Tugas Peluang Digital (Digital Opportunities Task), yang memberi kesempatan pada semua pihak untuk merealisasikan manfaat ekonomi baru.GDBe juga telah membentuk Satuan Tugas Jembatan Digital (Digital Bridges Task Force), yang bertujuan menjembatani jurang digital pada lingkup regional maupun global. Beberapa programnya yang telah dilaksanakan GDBe, antara lain program Euro*Star, yang memungkinkan pengaksesan internet via satelit di semua negara Eropa, Afrika Selatan, Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, program RASCOM, yang memberikan akses digital kepada desa terpencil di Afrika, serta program Germ@ny Goes Online, yang melengkapi sekolah di Jerman dengan perangkat akses intenet, akses internet gratis, serta pelatihan-pelatihan. Selain itu, anggota GDBe banyak terlibat dengan organisasi nonprofit dan usaha sosial untuk membantu masyarakat terbelakang.PenutupSeperti yang telah tertulis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Ecommerce sangan banyak di butuhkan dalam berbagai aspek kehidupan dalam perusahan kecil maupun menengah, banyak keuntungn yang bisa di dapat jika Indonesia bisa menerapkan Ecommerce sejak dini, keuntungan yang dapat di ambil adalah mudah dalam berteransaksi dan sangat efisien.Tetapi di Indonesia E-commerce masih perlu di perhatikan dalam segi hukum dan undang – undang ke ilegalanya, supaya jika di terapkan di Indonesia E-commerce sudah bisa di gunakan dengan legal di seluruh perusahan, kantor, dan tempat umum lainya.Referencehttp://aplusmagazine.the.net.id/asset/ecomerce.htmInfo Komputer


 

Copyright@2008 | Modified by Wandy_Cacing Lemes | Distributed by cacinglemes.blogspot.com